Tuesday, October 28, 2008
Selamat Datang NBA 2008/09
Masih segar dalam ingatan bagaimana Paul Pierce dan Boston Celtics mengangkat tropi yang sudah sangat diidamkannya, atau ketika Kevin Garnett mendatangi sang legenda Bill Russell dan menangis, serta mencium lantai lapangan TD Banknorth Garden seusai menguliti Kobe Bryant & co. dalam salah satu pertandingan final dengan selisih skor terbesar sepanjang sejarah. Dan kini mereka telah bersiap menanti tirai pembuka musim 2008/09 diangkat untuk menandai dimulainya musim baru yang tidak kalah menariknya. Pierce datang dengan badan yang lebih ringan 5 kg, siap untuk menyelesaikan paling tidak 82 pertandingan selama 6 bulan ke depan - 7 bulan jika Celtics mampu kembali ke final -, dan Ray Allen bergabung dalam kondisi yang jauh lebih fit daripada musim lalu, dimana ia waktu itu baru saja menyelesaikan operasi pada kedua lututnya.
Oke, tanpa banyak cerita lagi, dalam 50 kata atau lebih, inilah 30 tim pengisi liga basket paling semarak di dunia: (dalam urutan prestasi, seperti dirilis espn.com)
1. BOSTON CELTICS
Doc Rivers yakin dapat mengulang prestasi dengan mental yang tepat. Seperti ucapan Allen yang mengutip Michael Jordan, "Menjadi juara sekali, bisa saja karena keberuntungan!" (24)
2. LOS ANGELES LAKERS
Berapa pertandingan yang melibatkan Pau Gasol dan Andrew Bynum bersama di musim lalu? Nol! Jadi, saksikan saat pertama kalinya mereka bahu-membahu bekerja keras menuju juara, mengingat tak ada runner-up NBA yang dapat menjadi juara sejak tahun 1989. (38)
3. NEW ORLEANS HORNETS
Cukup optimis melihat James Posey, pemegang 2 cincin juara dalam 3 musim terakhir dengan klub berbeda (Heat 2006 dan Celtics 2008)? Mungkin terlalu dini, namun para fans tentu antusias melihat rekor tak terkalahkan 7-0 Hornets di pra-musim. (40)
4. CLEVELAND CAVALIERS
Tanpa tandem yang seimbang, dan sang juara pun harus bermain 7 game melawan keperkasaan LeBron James & co. Kita tunggu apakah Mo Williams bisa mengambil sedikit beban dari pundak James. (30)
5. SAN ANTONIO SPURS
Terlalu tua? Tampaknya pelatih Gregg Popovich pun terlihat 10 tahun lebih tua sekarang. Namun pertanyaannya: siapakah yang bisa menghentikan Manu Ginobili jika ia sedang fit? Bagaimana jika ia "luar biasa" fit? Dan ingat, ini tahun ganjil! (36)
6. HOUSTON ROCKETS
Ron Artest datang. Bagaimana dengan Tracy McGrady dan Yao Ming? Bagi yang mempertanyakan sejauh mana ego ketiga pemain ini menghambat prestasi tim, ingat: tim ini tidak pernah lolos dari babak I playoff sejak 1997. Apa salahnya mencoba hal yang lebih ekstrim? (41)
7. DETROIT PISTONS
Tetap mengandalkan tim inti yang relatif sama, Spurs dari timur ini akan membuktikan apakah sudah saatnya mereka melupakan Larry Brown, atau malah merindukannya kembali? (24)
8. PHILADELPHIA 76ERS
Apa yang dicari eks draftee no.1 Elton Brand di sini? Pastinya sama seperti yang ingin dicapainya di Bulls dan Clippers... dan itu bukanlah gelar NBA. (25)
9. UTAH JAZZ
Tidak ada yang lebih menakutkan dari cedera Deron Williams di awal musim. Benarkah? Bagaimana dengan kestabilan tim yang bakal mempunyai 8 pemain free agent di akhir musim?
28
10. DALLAS MAVERICKS
Ada yang berubah di tangan pelatih Rick Carlisle, tapi kita harus menunggu sampai akhir musim bagaimana ia dapat memaksimalkan kembali peran mesin tua seperti Jason Kidd. (26)
11. PHOENIX SUNS
Mike D'Antoni dapat membuat sebuah tim yang mampu meraih rekor terbaik... bukan sebuah tim juara. Dengan tim yang lebih tua dan filosofi yang berbeda, mampukah keadaan berbalik? (27)
12. TORONTO RAPTORS
Cukup yakin dengan trio Chris Bosh, Jose Calderon, dan yang tergres: Jermaine O'Neal. Namun bagaimana dengan pemain pendukung di belakang mereka? (21)
13. ORLANDO MAGIC
Ada alasan mengapa divisi mereka disebut South(l)east. Potensi mengerikan dari trio frontcourt Rashard Lewis, Dwight Howard, dan Hedo Turkoglu, menjadi meragukan apabila melihat Jameer Nelson dan Mikael Pietrus di backcourt. (30)
14. PORTLAND TRAILBLAZERS
Tim yang sangat berkembang - dan itu minus draft no.1 2008, Greg Oden. Bolehlah berharap banyak kepada tim muda yang sudah cukup baik sebelum kehadiran Oden dan Rudy Fernandez. (28)
15. DENVER NUGGETS
Kehilangan Marcus Camby tidak akan mempengaruhi tim, itu kata sang pelatih. Tetap saja, di wild-wild-west, lebih dari sekedar beruntung untuk dapat lolos playoff apabila kehilangan salah satu pemain bertahan terbaik di liga. (34)
16. WASHINGTON WIZARDS
Kehilangan Gilbert Arenas mungkin masalah besar, namun slot yang ditinggalkannya bisa ditempati beberapa pemain di tengah musim nanti. Sementara itu, tidak banyak yang bisa mereka lakukan, kecuali bermain seperti awal musim lalu, ketika Arenas absen karena cedera. (37)
17. CHICAGO BULLS
Duo rookie Derrick Rose (pemain) dan Vinny Del Negro (pelatih) akan mencoba membalikkan peruntungan tim yang mengejutkan 2 musim terakhir: mengalahkan juara bertahan 2 musim lalu, kemudian menjadi tim terburuk semusim sesudahnya. (32)
18. GOLDEN STATE WARRIORS
Dengan perginya Baron Davis, Monta Ellis dituntut membawa tim ini ke arah yang benar. Banyak talenta muda di tim ini yang masih harus membuktikan diri. Beruntung mereka punya pelatih yang tepat. (30)
19. LOS ANGELES CLIPPERS
Starting five mereka begitu menggegerkan, namun harus diuji di lapangan. Apalagi Marcus Camby dan Baron Davis, dua pemain baru mereka, tidak tampil di pertandingan pra-musim. (25)
20. ATLANTA HAWKS
Jangan ragukan kesolidan starting five dari tim yang mampu mengajak Celtics bermain hingga partai terakhir, padahal rekor mereka di musim regular minus. Satu tips lagi: jangan lihat penghuni bangku cadangannya. (29)
21. MILWAUKEE BUCKS
Banyak tugas yang harus dibenahi melihat rekor pra-musim mereka yang buruk, apalagi dengan pilihan pemain yang terbatas. (17)
22. INDIANA PACERS
Giliran Danny Granger mengisi peran Jermaine O'Neal yang sudah sekian lama menjadi icon di sini. Cukup sulit dengan para pemain yang ada untuk dapat masuk playoff. (26)
23. MIAMI HEAT
Tanpa point guard dan center handal, sulit bagi Dwayne Wade untuk bisa mengangkat tim ini sendirian, walaupun dengan bantuan rookie Michael Beasley yang bermain dengan kualitas MVP sekalipun. Pemain cadangan adalah kuncinya. (32)
24. MINNESOTA TIMBERWOLVES
Tim yang akan kembali mengejutkan dengan kembalinya Kevin menemani Al Jefferson - kali ini dengan nama belakang "Love". Namun tidak banyak pengamat yang setuju akan hal ini. (26)
25. CHARLOTTE BOBCATS
Terburuk di NBA... melihat rekor 0-8 di pra-musim, ditambah kehadiran pelatih defensive specialist kawakan, Larry Brown. Tapi ini adalah pekerjaan terbaik yang bisa ia dapatkan setelah mengalami masa yang sangat buruk di Knicks. Paling tidak untuk saat ini. (38)
26. NEW YORK KNICKS
Mike D'Antoni akan mencoba formula patennya di sini, minus Steve Nash. Dengan masih terlihatnya nama Stephon Marbury di daftar pemain aktif, akankah D'Antoni mampu bekerja maksimal? Ataukah GM Donnie Walsh akan terbuka matanya kali ini? (35)
27. NEW JERSEY NETS
Tim yang sedang membangun. Begitu konon niatnya saat menukar Jason Kidd dengan Devin Harris. Dan lebih baik mereka melakukannya dengan cepat, karena satu-satunya personil yang masih tersisa dari tim juara Wilayah Timur 2003, Richard Jefferson, sudah bersiap-siap mencari tim lain, menyusul niat Vince Carter. (48)
28. SACRAMENTO KINGS
Dengan usaha terbaiknya, mungkin mereka bisa lepas dari posisi juru kunci. Kadang, pertukaran tengah musim cukup membantu. Sayangnya Brad Miller harus absen di 5 game awal. (26)
29. MEMPHIS GRIZZLIES
Ada alasan tertentu mereka begitu ingin mendapatkan O.J. Mayo untuk menemani Rudy Gay. Dengan belum datangnya Marc Gasol, mungkin mereka hanya berharap dapat menempati posisi bagus dalam perebutan rookie musim depan. (32)
30. OKLAHOMA CITY THUNDER
Bukan karena tim baru maka mereka menempati peringkat terakhir. Fondasi tim ini masih kurang, walaupun Kevin Durant sudah semakin matang bermain di tingkat yang lebih tinggi. (26)
Friday, August 8, 2008
Menggantungkan Harapan Keberuntungan Angka 8: Olimpiade Beijing 2008 dibuka pada 08-08-08
Olimpiade, suatu perhelatan akbar yang menggelar semua cabang olahraga yang populer di dunia, akan dibuka hari ini di Beijing, dalam rangkaian angka yang dianggap sebagai keberuntungan masyarakat setempat: 8! Kali Episode kali ini sepertinya adalah pergelaran yang sarat dengan muatan politis, yang pertama sejak dekade 70-80an, dimana perang dingin masih merajalela antara blok barat dan blok timur, kapitalis dan komunis. Terlepas dari itu semua, pemerintah Cina sungguh berusaha menjadikan acara empat tahunan ini sebagai yang terbaik dari yang paling baik. Dan sebagai perlambangnya, stadion yang megah sudah berdiri berupa "sarang burung" (Bird's Nest), suatu mahakarya yang awalnya sempat diragukan dapat dibuat, namun sekarang sudah menjadi salah satu tonggak sukses kemegahan Olimpiade.
Seperti yang sudah-sudah, maskot merupakan satu hal unik yang harus ada di setiap Olimpiade. Namun tidak seperti sudah-sudah, Komite Olimpiade Cina mengeluarkan lima maskot sekaligus yang disebut FUWA. Inilah mereka:
Beibei (dibaca: Peipei) si IKAN Biru
Dalam tradisi seni dan budaya Cina, disain ikan dan air adalah simbol panen dan kemakmuran. Begitulah Beibei membawa berkah kelimpahan. Garis-garis ornamen yang melukiskan ombak laut diambil dari lukisan Cina kuno yang terkenal. Di antara kelima Fuwa, Beibei dikenal sebagai maskot yang lembut dan murni, kuat dalam olahraga air; digambarkan feminim, ia mewakili lingkaran olimpiade berwarna biru.
Jingjing membuat anak-anak tersenyum -- dan memang itulah yang dibawanya: berkah kebahagiaan kemanapun ia berada. Lihatlah kesukacitaan dalam pose naifnya yang menawan dan bulunya yang indah. Sebagai binatang simbol nasional, panda memang sangat disenangi semua orang di dunia. Disain lotus pada kepala Jingjing, yang terinspirasi dari lukisan dari keramik di Dinasti Song (960-1234), melambangkan hutan yang lebat dan keharmonisan hubungan manusia dan alam. Jingjing dipilih untuk mewakili keinginan manusia untuk melindungi alam dan memeliharanya dari generasi ke generasi. Naif dan optimistis, ia dilambangkan maskulin sebagai gambaran kekuatan dan mewakili lingkaran olimpiade berwarna hitam.
Huanhuan si API Merah
Dalam keluarga Fuwa, Huanhuan adalah kakak lelaki tertua. Ia adalah anak sang nyala api, menyimbolkan bara Olimpiade dan semangat olahraga. Semangat inilah berkah yang ia bawa, dan posisinya berada di tengah keluarga Fuwa sebagai inti semangat olimpiade. Selain kemauan dan hasrat untuk lebih cepat, lebih tinggi, dan lebih kuat, ia juga terbuka dan ramah. Hiasan yang membara pada kepalanya dibuat dari karya seni Dunhuang yang terkenal. Huanhuan mempunyai pribadi yang mudah bergaul dan antusias. Ia mahir dalam olahraga permainan menggunakan bola, dan mewakili lingkaran olimpiade berwarna merah.
Yingying si ANTELOP Kuning
Seperti antelop, Yingying cepat dan lincah, suatu simbol luasnya dataran Cina. Antelop juga melambangkan berkah kesehatan dan kekuatan yang selaras dengan alam. Pose yang seperti melayang merupakan kesan unik dari spesies yang dilindungi dari dataran Qinghai-Tibet. Hiasan kepalanya merupakan gabungan dari corak dekoratif Tibet dan budaya Sinkiang, serta disain tradisional etnis Cina barat. Kuat dalam cabang atletik, Yingying yang ulet mewakili lingkaran olimpiade berwarna kuning.
Nini si WALET Hijau
Setiap musim semi dan musim panas, anak-anak di Beijing menerbangkan layang-layang yang indah memenuhi langit ibukota. Corak yang paling populer adalah burung walet bersayap emas, yang merupakan ide dasar dari hiasan kepala Nini. Sayap emasnya melambangkan langit yang tak berujung pangkal, yang menyebarkan berkat kemanapun ia melayang. Walet juga dilafalkan "Yan" dalam bahasa Cina, dan Yanjing adalah sebutan Beijing di masa lampau. Di antara keluarga Fuwa, Nini sepolos dan sejinak walet. Ia pandai senam, dan mewakili lingkaran olimpiade berwarna hijau.
Didisain untuk menggambarkan sifat anak-anak yang suka bermain, Fuwa juga mengirimkan pesan persahabatan dan perdamaian, seperti lingkaran persahabatan dari lima anak. Natur anak-anak ini juga tercermin dari pemberian nama yang merupakan pengulangan suku kata, suatu tradisi lokal yang memberikan nama panggilan seperti itu kepada anak-anak yang dikasihi.
Kelima nama tersebut jika dirangkai akan membentuk BEI-JING-HUAN-YING-NI, yang berarti "Selamat Datang di Beijing", memberikan kesan yang hangat sebagai duta olahraga Cina kepada siapa pun yang ingin melihat pesta olahraga ini.
Selamat datang, dan selamat menikmati Olimpiade Beijing 2008.
Monday, July 21, 2008
Superb Race This Weekend!!!
Formula 1
Hockenheim, cuaca yang mendukung untuk trek kering (tetapi ada kemungkinan melihat awan yang menggumpal di sekitar Hockenheim).
Setelah disuguhi kualifikasi lomba di hari Sabtu dengan Lewis Hamilton mengambil alih posisi pertama dari Massa di detik akhir kualifikasi Q3, saya berpikir pasti minggu ini akan disuguhi pertarungan Ferrari dan McLaren sampai akhir lomba. Apalagi kalau turun hujan, akan lebih seru dan lebih tidak bisa diprediksi lagi...hehehehe....
Dan benar, awal lomba memang sangat ketat. Awal yang sempurna untuk Hamilton-McLaren, Massa dengan Ferrari hampir mendekati Hamilton dan Kovalainen yang mencoba menekan Massa di awal lomba.
Tetapi sepertinya tidak bertahan lama, Hamilton sepertinya tidak memberi kesempatan untuk Massa mendekati dan memperlebar jarak. Setelah pitstop pertama, tidak ada masalah dengan Hamilton, semakin menjauh dari kejaran Massa, 16 detikan kalau tidak salah. Sampai akhirnya kejadian yang sangat mengerikan terjadi oleh pembalap Toyota, Timo Glock. Kegagalan suspensi di tikungan mendekati podium, membuat mobilnya terpental ke arah tembok pitstop dan nyaris hancur. Tapi salut untuk Glock yang masih bisa mengarahkan mobilnya yang sudah hancur di sisi kiri podium dan yang terpenting, nyawa selamat. Sekali lagi salut untuk design mobil F1 yang benar-benar memperhatikan keselamatan pembalapnya.
Wah, jadi ngelantur nih...hehehehe... Setelah insiden tersebut, Safety Car muncul dan mulailah lomba berubah. 16detik jarak antara Hamilton dan Massa menjadi tidak berarti. Setelah Race Controller membuka jalur pitstop, hampir semua pembalap masuk pit dan.....ngga tahu deh strategi apa yang dipakai McLaren, Hamilton tidak masuk pit sama sekali dalam kondisi Safety Car. Saya pikir ini blunder atau keberanian Hamilton dan team yang masih bisa meninggalkan jauh Massa di depan.
Safety Car out, race kembali berlangsung, komposisi pembalap berubah setelah Safety Car dan Pitstop, Hamilton-Heidfeld-Piquet-Massa. Strategi tidak masuk pit, mau tidak mau mengharuskan Hamilton harus berada di depan Massa minimal 20detikan dengan asumsi Heidfeld dan Piquet juga masuk pit (tiga pembalap di depan memang tidak masuk pitstop saat Safety Car). Kekhawatiran itu muncul, Hamilton harus masuk pit dengan jarak 14detik dari Massa dan memberikan pimpinan lomba sementara ke Heidfeld. Hamilton keluar dari pit di belakang rekan satu teamnya Kovalainen. It’s very difficult situation for Hamilton. Memberikan gelar Hockenheim ke Massa dengan Ferrari? Well...it’s Lewis Hamilton and his car McLaren. Ngga tahu ini mobil bisa kuenceng banget yah di Hockenheim. Melewati rekan satu tim, Kovalainen, barulah race benar-benar seru. 10 lap akhir merupakan pembuktian Hamilton dengan McLarennya di Hockenheim. Pertarungan seru terjadi antara Hamilton dan Massa untuk memperebutkan juara di Hockenheim (Bukan berarti menyepelekan Piquet dengan Renaultnya yang memimpin lomba yah...tapi Renault benar-benar masih setingkat di bawah Ferrari dan McLaren). Dua tikungan merupakan titik balik Hamilton mengungguli Massa. Mengambil posisi dari dalam dan menyodok Massa untuk keluar dari racing line di tikungan pertama. Massa tidak menyerah begitu saja, memberikan perlawanan di tikungan kedua dengan mengambil dari luar. Tetapi sayang, Hamilton cukup cerdik dan membawa Massa kembali keluar racing line dan trek...hehehehe...what a race!!! Hamilton menjauhi Massa dan Heidfeld kemudian menempel Massa.
Dan, bisa ditebak, Hamilton dengan McLarennya memperbesar jarak dengan Massa-Ferrari dan mendekati Piquet-Renault. Pertarungan antara pembalap muda, akhirnya dimenangi oleh Hamilton dan memperbesar jarak hingga 5detik dan akhirnya finish, P1. Piquet-Renault dengan strategi satu pitstop yang brilian berhasil menahan Massa di posisi ketiga untuk podium pertamanya di F1. Massa, P3, berhasil menahan Heidfeld hingga akhir finish. Kovalainen di posisi ke-5, Kimi merebut posisi ke-6 di depan Robert Kubica. Dan akhirnya tuan rumah bisa tersenyum karena Vettel berhasil finish di posisi ke-8, dua dari pembalap Jerman yang meraih Championship point di Hockenheim. Vettel benar-benar bikin frustasi mantan juara dunia, Fernand Alonso minggu ini.
Salut untuk balapan kali ini, mungkin tanpa Safety Car, race di Hockenheim tidak akan seseru ini. Selamat buat McLaren dan Lewis Hamilton. It’s a prefect and quickest car this weekend. It’s true Lewis, your team was fantastic this weekend. Kita tunggu race selanjutnya di Budapest, apakah Hamilton bisa back to back? Atau ada kejutan lagi dari para pembalap muda lainnya?
MotoGP
Ngga terbayangkan kalau misalkan Dani Pedrosa juga ikut di Laguna Seca, pastinya akan menambah ketegangan dalam menonton MotoGP Laguna Seca kali ini.
Race pagi hari ini memang dan mungkin hanya untuk Stoner-Ducati dan Rossi-Yamaha. Stoner mengawali race dengan baik dan Rossi mulai mencoba menempel ketat Stoner. Memang agak susah bagi Rossi bila melihat performa Ducati di tiga lomba sebelumnya dan tidak bisa menempel Stoner di Laguna Seca, maka jangan bermimpi buat Rossi untuk juara pertama kali di Laguna Seca. Diselingi dengan insiden Lorenzo yang mengalami kecelakaan di awal race, Rossi kemudian mengambil alih pimpinan lomba dari Stoner. Gila!!! Benar-benar pertarungan antara dua juara MotoGP di Laguna Seca. Stoner hampir selalu menang di time lap tetapi Rossi dengan Yamahanya unggul di tikungan. Sebuah pertarungan yang hebat, Rossi berhasil menahan Stoner di hampir setengah lomba walaupun sempat beberapa kali Stoner mencoba mengambil alih posisi di trek lurus. Rossi benar-benar menahan Stoner dan benar akhirnya Stoner tidak bisa mengendalikan motornya di tikungan akhir sebelum podium di lap ke-8 kalau tidak salah. Sempat terjatuh, kemudian melanjutkan balapan dan masih berada di posisi ke-2 karena Vermeulen masih tertinggal jauh di belakang Rossi-Stoner sebelum insiden berlangung.
Rossi akhirnya menyelesaikan lomba dan menjuarai Laguna Seca untuk pertama kalinya dengan 13 detik di depan Stoner. Stoner, walau sempat terjatuh finish ke-2 dan masih 13 detik juga di depan Vermeulen. Acungan jempol untuk Chris Vermeulen yang untuk kedua kali berturu-turut naik podium di posisi ke-3, tetapi berbeda kali ini, dengan lintasan yang kering..hehehehe.. Penonton tuan rumah kembali kecewa dengan penampilan The Kentucky Kid, Nicky Hayden yang walaupun start di posisi ke-3, harus merelakan finish di posisi ke-5 di belakang Rookie MotoGP tahun ini, Andrea Dovizioso.
Sayang memang, race yang seru tanpa Dani Pedrosa di Laguna Seca. Semoga race selanjutnya di Brno, Ceko, kita akan disuguhi race yang ketat antara Rossi-Stoner-Pedrosa. Masih ada 3 minggu jeda, Pedrosa bisa memulihkan kondisi, Rossi-Stoner akan mendapat tantangan yang lebih ketat lagi di Brno. Semoga juga para Rookie, Lorenzo, Dovizioso bisa memberikan pertarungan ketat bagi ketiga calon juara dunia MotoGP.
What a race!!! Fantastic, Brilliant and Superb Race!!!
See yaa......
Thursday, July 17, 2008
ALL WET...IN SACHSENRING 2008
Pertama 250CC, ini harus diakui balapan paling seru. Harus diakui susah memprediksi di 250CC, selalu terjadi kejutan di kelas ini. Simoncelli, Gilera, memang dashyat. Ngga menyangka dengan Gilera dan kondisi trek yang sangat basah, tetap kokoh sampai finish di P1 dan pastinya merebut posisi klasemen sementara dari Mika Kallio.
Hector Barbera, Alvaro Bautista, Mika Kallio menunjukkan kepiawaiannya di trek basah. Cikal bakal MotoGP akan bertambah seru dengan bakat-bakat yang ditunjukkan di Sachsenring minggu lalu. Catatan untuk Alvaro Bautista, ini rider benar-benar gila, ngga tahu harus bilang apa di dua race, Assen dan Sachsenring, you're rock men!!!
Doni Tata...wah melempem lagi nih...Ayo kamu bisa!!!
Kedua MotoGP, hehehehe...berkah buat Stoner dan Ducati, setelah rider Repsol Honda, Pedrosa yang sudah leading cukup jauh (menurut gue), ternyata harus terhenti di lap-lap awal. Hasilnya ya dipastikan Stoner leading cukup jauh dengan P2. Rossi, sekali lagi mengawali race yang kurang menggembirakan di posisi ke-7. Mengawali race kurang bagus dan alotnya pertarungan dengan Dovizioso, membuat Rossi tidak bisa mendekati Stoner. Tapi setidaknya dengan jatuhnya Pedrosa dan meraih P2, Rossi mengambil posisi klasemen sementara MotoGP. Hasil yang kurang bagus buat Pedrosa karena didekati oleh Stoner dan juga kemungkinan tidak bisa tampil di Laguna Seca. Chris Vermeulen, ngga bisa ngomong lagi deh, memang jago di trek basah...hehehehehe....
Dengan 3 kali berturut juara, ancaman buat Rossi dan Pedrosa dari Stoner dengan Ducatinya. Kalau tidak bisa merebut pole position, sepertinya akan sulit menghentikan Stoner. Well...kerja keras untuk Yamaha dan Honda di race selanjutnya.
Ok segitu saja catatan kecil gue (abis ditodong Bona terus sih...he..he..), mari songsong Laguna Seca di race berikutnya, apakah bisa Ducati dan Stoner dihentikan? Rossi dengan Yamaha mengalami perubahan yang signifikan? Pedrosa akan ikut dalam race ini? Apakah akan berlomba dengan trek basah? Hehehe...saksikan saja yah 20 Juli nanti.
Seperti kata Simoncelli...it's a perfect race and i'm very happy...Byurr!!!!!!!!! Enjoy the race!!!!
Monday, July 7, 2008
ALL WET IN SILVERSTONE 2008
Minggu 6 Juli 2008, sebuah race yang cukup menyita energi, baik penonton, pembalap maupun team F1 itu sendiri. Silverstone 2008 benar-benar diguyur hujan baik sebelum dan saat jalannya lomba. Tidak ada yang bisa memprediksi siapa yang akan muncul sebagai juara di Silverstone kali ini.
Prediksi akan hujan saat race berlangsung, sepertinya sudah bisa ditebak dari jalannya kualifikasi Sabut, 5 Juli 2008.
Pole position direbut oleh Heiki Kovalainen, kemudian disusul oleh Mark Webber, Kimi Raikonnen dan Lewis Hamilton di posisi ke-4.
Kejutan dibuat oleh Heiki Kovalainen menjadi pole position untuk pertama kali dalam karirnya dan seakan-akan akan membuahkan hasil yang baik, seperti tahun lalu, Kovaleinen berada di podium untuk pertama kalinya juga selama karir di F1 (Kalau ngga salah GP Japan 2007, pas masih di Renault. Kalau ngga salah yah...).
Melihat dari pole position, sepertinya memang akan disuguhi perlombaan yang ketat.
Tapi siapa yang bisa prediksi dengan cuaca dan kondisi trek yang basah seperti itu?
Dan benar, lomba benar-benar seru di awal. Kovalainen mengawali lomba dengan start yang kurang bagus, tetapi bisa menutup pergerakan dari Kimi dan Mark Webber.
Tetapi itu tidak cukup, Hamilton mengambil keuntungan dari kesalahan start Kovalainen dan menempel ketat di tikungan pertama. Sempat terjadi kejadian saling menempel antara duo McLaren, tetapi tidak terjadi hal berarti dalam kejadian itu.
Hamilton kemudian mengambil alih lomba dari Kovalainen. Kemudian Kimi pun merebut posisi kedua dari Kovalainen karena kesalahan Kovalainen akibat kurang bisa mengontrol jet daratnya dalam kondisi yang memang kurang baik.
Pimpinan klasemen sementara F1, Massa juga tidak bisa mengendalikan lomba pada lap awal, begitu juga posisi kedua, Mark Webber.
Dan semuanya berubah total, menjadi sebuah perlombaan yang hanya didominasi oleh Hamilton seorang. Kimi dengan Ferrarinya tidak mengganti ban sama sekali saat pitstop dilakukan. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan waktu yang cukup jauh dari Hamilton dan juga posisi kedua saat sebelum pitstop. Kesalahan besar yang dilakukan Ferrari di Silverstone. Begitu juga mantan dua kali juara dunia F1, Alonso melakukan kesalahan yang sama seperti Kimi.
Kondisi seperti ternyata mampu dimanfaatkan oleh Heidfeld dan Barrichello untuk mengambil posisi kedua dan ketiga, bahkan Barrichello sendiri sempat di posisi kedua sebelum masuk pitstop untuk kedua kalinya. Sebuah pencapaian yang maksimal dari Honda dan Barrichello. Strategi Honda cukup diacungi jempol karena diarsiteki oleh Ross Brawn yang sudah berpengalaman sewaktu di Ferrari.
Dan hasil lomba sudah bisa diprediksi setelah tinggal 20 lap sendiri. Lewis Hamilton, tanpa kesalahan di sisa 20 lap itu, tampil yang tercepat di Silverstone 2008, meninggalkan posisi kedua dan ketiga hampir 70 detik. P2 diraih Heidfeld, hasil yang cukup bagus sampai saat ini dan P3, Ruben Barrichello, wiihhh...sudah lama sekali tidak melihat Barrichello di podium. Selamat buat Honda dan Barrichello untuk podium di Silverstone. Kimi berhasil meraih championship poin di P4 dan sang pole position Kovalainen harus puas di P5. Pimpinan klasemen pembalap, Massa, nol poin di Silverstone kali ini.
Well..lomba masih terus bergulir, Hamilton menghidupkan kembali persaingan di klasemen pembalap. Lima pembalap teratas klasemen masih mempunyai kans untuk menjadi juara. Seperti halnya tahun lalu, juara dunia kayanya ditentukan di race terakhir nih...he..he...
Konstruksi??....Hhmmmm....sepertinya Ferrari masih mendominasi, melihat fastest lap oleh Kimi di Silvertone 2008.
Mari kita nantikan race selanjutnya (Hockenheim), semoga semakin ketat persaingan, race yang seru dan semakin basah..........byurrr!!!!!!!!!!
Salam olahraga dari hati yang sedang gundah gulana J
Friday, July 4, 2008
Indonesia, sambutlah: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL XVII 2008
Hingar bingar olahraga dunia internasional begitu melenakan kita sebagai penikmat di Indonesia, sehingga walaupun sampai sekarang masih bertaraf sebagai "penonton", bukan "pelaku", kita terus mengikuti, bahkan rela mengadu urat "maju tak gentar membela yang benar" (menurut anggapan masing-masing) demi sesuatu yang mungkin berada jauh di luar jangkauan kita. Dan saat Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII akan digelar di Kalimantan Timur, akankan ada pasang mata sebanyak yang menoleh ke pesta sepakbola Eropa yang baru saja selesai dua minggu lalu itu?
PON tidak bisa dipungkiri merepresentasikan keadaan dunia olahraga Indonesia yang paling sahih, sekaligus menjadi potret pembangunan. Yang pertama mungkin masuk di akal, tapi yang kedua? Sejarah mencatat, bahwa sejak masa pemerintahan "Bapak Pembangunan Indonesia", hanya sekali (dan itu pun di masa-masa awal, dimana keputusan itu mungkin sudah dibuat sebelumnya) PON diadakan di luar Jakarta. Penyelenggaraan pesta olahraga se-Indonesia yang tersentralisasi seperti ini memberikan kesan bahwa pembangunan di masa itu terlalu berpusat di ibukota, sehingga tempat lain tidak mendapatkan kesempatan untuk menjadi tuan rumah. "Menjadi tuan rumah" bukan sekedar "kesempatan", tapi lebih kepada kesiapan sarana dan prasarana kota yang ditunjuk. Jika kota-kota di luar Jakarta tidak mendapat kesempatan, itu artinya karena mereka belum mampu menyiapkan sarana olahraga berskala internasional yang bisa digunakan sebagai sarana berkompetisi guna mendapatkan atlet-atlet berskala internasional yang nantinya akan mampu mengharumkan nama bangsa.
Fenomena yang bisa dikatakan memalukan dalam pelaksanaan acara ini adalah jual-beli pemain. Beberapa daerah (yang terang-terangan) melakukan segala cara untuk dapat menarik atlet yang berpotensi meraih medali ke daerahnya dengan iming-iming bonus jutaan rupiah. Saat ini mungkin penikmat olahraga sudah tidak terlalu memusingkan hal "kecil" seperti ini, karena sudah ada tontonan kelas kakap "Barclaycard Premiership League" (BPL) atau "National Basketball Association" (NBA). Namun di masa lampau, siapa yang pernah lupa akan perjuangan Jawa Barat untuk dapat mempertahankan Susy Susanti dari klaim DKI Jakarta bahwa atlet ini adalah milik mereka? Manajer PON Kaltim, sang tuan rumah, dalam wawancaranya dengan salah satu media olahraga berskala nasional terbesar di Indonesia, mengatakan bahwa untuk PON kali ini, banyak atlet luar daerah (tercatat kurang lebih 250 atlet) bahkan melamar ingin terdaftar menjadi atlet Kaltim. Alasannya? Apalagi kalau bukan bonus yang mencapai 150 juta rupiah per keping medali emas.
Perhatian kita, dalam hal ini rakyat Indonesia, dalam ruang lingkup yang terbatas bisa secara sekilas diliat dari entri ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, wikipedia. Jika dimasukkan kata kunci "pekan olahraga nasional", maka informasi yang didapat sangat terbatas. Bahkan di dalam database wiki, pergelaran PON di masa lampau tidak mendapat porsi yang layak, halaman-halaman tersebut hanya menyajikan informasi seadanya, tanpa data standar seperti juara umum dan cerita singkat beberapa pertandingan yang terjadi. Sudah semakin sedikitkah yang peduli pada perkembangan olahraga dalam negeri?
Mengenai pemilihan waktu PON kali ini, rasanya sudah cukup tepat. Paling tidak, setelah berbagai event besar dunia silih berganti datang dan pergi, kini saatnya insan olahraga nasional sejenak melihat ke dalam, menikmati dan memberikan apresiasi untuk para atlet Indonesia yang berjuang demi daerahnya masing-masing. Tinggal apakah penyelenggara dan para partisipan dapat mengejawantahkan harapan publik dalam negeri, yang ingin memberikan kesempatan sekali lagi, tanpa pernah bosan lagi dan lagi, untuk memberikan suatu pembuktian bahwa olahraga Indonesia bisa dibanggakan dan layak menjadi tontonan yang memuaskan, seperti layaknya tontonan dari luar negeri yang dicekokkan ke mata kita sepanjang tahun ini.
MAJU TERUS OLAHRAGA INDONESIA!
Tuesday, July 1, 2008
Mid-Summer Classic; Balloting At End!
Well, you are allowed to vote a maximum of 25 times. The problem is: the deadline is dead near, at 11:59 PM ET (eastern time, means about 10:59 AM the next day in most of Asia region) on Wednesday, July 2, 2008.
This is my first vote:
There are comprehensive summaries of the players' statistic, in case voters get a bit confused. Honestly, this is my first participation, and it takes time for me to get all the fields completed, but the summaries really have been a helpful partner for a first-timer like me. A friend of mine, who is responsible for introducing me to this sport, said he won't vote this year, since when he voted two years ago, his team didn't win, and the opposite happened the next year (you know which team is it, don't you?)
So far, the leaders in the American League are:
First Base: YOUKILIS, Kevin - Boston RED SOX (leading by 300,000 votes)
Second Base: PEDROIA, Dustin - Boston RED SOX (200,000 votes)
Shortstop: JETER, Derek - New York YANKEES (1,100,000 votes)
Third Base: RODRIGUEZ, Alex - New York YANKEES (1,200,000 votes)
Catcher: MAUER, Joe - Minnesota TWINS (150,000 votes)
Designated Hitter: ORTIZ, David - Boston RED SOX (900,000 votes)
Outfield: RAMIREZ, Manny - Boston RED SOX; HAMILTON, Josh - Texas RANGERS; SUZUKI, Ichiro - Seattle MARINERS (200,000 votes)
and in the National League:
First Base: BERKMAN, Lance - Houston ASTROS (700,000 votes)
Second Base: UTLEY, Chase - Philadelphia PHILLIES (1,500,000 votes)
Shortstop: RAMIREZ, Hanley - Florida MARLINS (200,000 votes)
Third Base: JONES, Chipper - Atlanta BRAVES (1,100,000 votes)
Catcher: SOTO, Geovany - Chicago CUBS (700,000 votes)
Outfield: SORIANO, Alfonso - Chicago CUBS; GRIFFEY, Ken, Jr. - Cincinnati REDS; FUKUDOME, Kosuke - Chicago CUBS (50,000 votes)
on the other hand...
*Yanks duo Jeter and A-Rod (AL) still have 2 days left to chase Philadelphia's Chase Utley (NL) from gaining the most favorite players in 2008 All-Star, the first Philly, if so, to lead all players in all leagues since fans were given back the vote in 1970.
**Last year leading vote-getter, Cincinnati outfielder Ken Griffey, Jr. (NL), will start his 13th All-Star, the most of any player not named Cal Ripken Jr. (17) and Rod Carew (15).
***Big Papi still receive many acknowledgement as a designated hitter despite still suffering from left wrist injury; his replacement-to-be, Hideki MATSUI, also in disable list in the Yankees team.
****The 79th All-Star Game will mark Yankees Stadium's final season in participating to MLB games.
Sunday, June 29, 2008
Finally, It's Final!
Dan kali ini adalah 2 tim favorit yang menunjukkan kebesaran nama mereka di sepakbola Eropa, dengan menumbangkan sejumlah kuda hitam. Jerman, pemilik 3 gelar Eropa, masuk final untuk yang keenam kalinya, dan akan berhadapan dengan Spanyol, yang sudah lebih dari 40 tahun haus akan gelar internasional dan ingin sekali memberikan prestasi semata wayangnya sebuah teman lagi.
Dengan pelatih yang sama-sama mengerti strategi khusus pasukan dan lawan masing-masing, semuanya akan berpulang kepada bagaimana para pemain mengejawantahkan taktik yang telah mereka terima. Jika tidak ada perubahan, maka Jerman akan mengandalkan serangan dari sayap melalui bek berbahaya yang bisa mencetak gol, Philip Lahm, dan Lukas Podolski (kiri), serta sayap kanan produktif Bastian Schweinsteiger dibantu Arne Friederich dalam bertahan. Lahm dan Podolski akan bertemu dengan Sergio Ramos yang sangat brilian dalam bertahan dan menyerang, yang akan dibantu oleh Andres Iniesta, yang sangat mobil dalam menjelajah pertahanan lawan. Jens Lehmann di bawah mistar akan mendapat kawalan dari duo Pert Mertesacker dan Christoph Metzelder dalam menghalau serbuan Fernando Torres, yang sepertinya akan bekerja sendirian, setelah pasangan sehatinya David Villa harus minggir karena cedera, dengan sedikit bantuan dari David Silva dan Fransesc Fabregas. Torsten Frings dan Thomas Hitzlperger akan mencoba menghalau Xavi Hernandez berkreasi membangun serangan dengan leluasa. Michael Ballack bakal mendapat kawalan ketat dari Marcos Senna dalam mengirim umpan-umpan terobosan. Iker Casillas akan menjaga gawang Spanyol dengan Charles Puyol dan Carlos Marchena bertugas meringankan tugasnya dari gangguan Miroslav Klose, yang hebat dalam memenangkan duel di udara. Juan Capdevilla di kiri akan mencoba menahan agar Schweinsteiger tidak leluasa mengancam gawang Casillas.
Pertandingan akan ketat, bahkan cenderung berhati-hati di awal. Jika ada gol di menit-menit awal, maka permainan akan cenderung terbuka. Namun bila tidak, bukan mustahil akan terjadi adu penalti.
Prediksi juara: Jerman diunggulkan dari segi materi dan mental, tapi Spanyol sepertinya akan mampu mengatasi semua beban yang dipanggulnya. SPANYOL!
Thursday, June 26, 2008
Draft NBA 2008
Tahun ini, hampir dipastikan Derrick Rose dan Michael Beasley akan menempati 2 urutan draft teratas, siapa pun juga yang lebih dulu dipilih. Chicago Bulls sebagai pemilih pertama, disusul Miami Heat di posisi kedua, tentu tidak sepusing tim-tim setelah mereka. O.J. Mayo, calon bintang dari SMU, yang sempat terlibat kasus kontrak ilegal pra-draft, difavoritkan untuk menjadi pilihan berikutnya, yang dimiliki oleh Minnesota Timberwolves.
Para pengamat bahkan sudah memperkirakan siapa-siapa yang akan menjadi calon Hall-Of-Fame dan pemain berstandar All-Star. Kita tunggu saja apakah ini musim bertabur bintang... atau hanya penyumbang pemain "biasa-biasa" saja.
Wednesday, June 25, 2008
Spanyol Dikepung Para Runner-Up
Semifinal Euro kali ini cukup unik. Bukan berarti semifinal di Euro sebelumnya kurang unik, tapi mungkin baru kali ini mendadak muncul suatu kebetulan yang hampir menjadi pembenaran menyeluruh: SEMUA runner-up grup (ada kecualinya: Spanyol) maju ke semifinal: Turki (A), Jerman (B), dan Rusia (D). Hmm, tidak ada wakil dari grup neraka??? Yups, mereka semua terbakar di kawah candradimuka selama 3 partai, sehingga setelah keluar dari sana, yang tersisa hanyalah sanga...
Kebetulan yang terlalu dipaksakan? Tidak juga, kalau saja Anda mau perhatikan. Ketiga tim runner-up tersebut tidak mengendurkan gasnya di 3 pertandingan awal, selalu mencari formasi terbaik yang sempurna dan cocok dengan ramuan strategi sang pelatih. Mereka menjaga momentum, menjaga ritme permainan, sampai memperhitungkan grafik permainan, yang diharapkan akan mencapai klimaks di final 4 hari lagi. Jika ada halangan, itu adalah karena akumulasi kartu dan cedera pemain. Runner-up terakhir yang tidak lolos, Italia, merasakan pahitnya kehilangan -- bukan satu, melainkan -- dua pemain inti, sehingga gagal menciptakan sejarah di Euro kali ini.
Jerman harus menunggu Bastian Schweinsteiger untuk segera pulih -- sialnya begitu pulih, ia terkena hukuman kartu merah -- serta terus menunggu sampai Michael Ballack dan Miroslav Klose mencapai puncaknya; sedangkan Portugal terlalu sombong untuk menurunkan tim intinya dalam tiga partai berturut. Turki kehilangan bek kanan Sabri Sarioglu di partai awal, sehingga cukup mengganggu keseimbangan; dan Kroasia menganggap kemenangan melawan Jerman sangat besar, sehingga kalau bisa, mereka mau berhenti di situ saja dan tidak melanjutkan sisa kompetisi ini. Rusia bermain di dua partai awal tanpa tarian Andrei Arshavin yang memabukkan, sedangkan Belanda bermain-main dengan nasib ketiga tim lainnya di grup mereka untuk lolos dari "neraka".
Dari ketiga kandidat juara ini, saat ini bisa dibilang Turki lah yang paling sial, karena dengan jumlah pemain terhukum akibat akumulasi kartu yang meningkat serta badai cedera, akhirnya stok pemain untuk menghadapi Jerman HANYA 13 orang. Dengan baluan semangat militan yang mereka miliki, mereka masih mungkin mengejutkan Eropa. Namun, Jerman tetap sedikit diuntungkan, terutama bila ternyata lawannya telah lelah dan melewati klimaks permainan mereka.
Calon finalis: JERMAN, perpanjangan waktu.
Sekaranglah saatnya bagi Spanyol untuk merasakan dampak kehadiran Arshavin bagi tim Beruang Merah. Luis Aragones akan berpikir keras bagaimana meredam permainan Rusia yang sangat dinamis dalam menyerang dan bertahan, ketika di saat yang sama timnya belum mampu mengeluarkan permainan terbaik yang membuat mereka pantas diunggulkan. Skor 4-1 di pertemuan pertama akan coba dibalik oleh pasukan Guus Hiddink, sedangkan Si Bijak dari Hortoleza akan mempertaruhkan ke-"bijak"-kannya di hadapan calon master Total Football yang baru.
Calon finalis: RUSIA, waktu normal.
Tuesday, June 24, 2008
Lengkap Sudah Keempat Semifinalis
Rusia benar-benar mengajari Belanda bagaimana Total Voetbal sesungguhnya -- atau "абсолєтный футбћл", bahasa Rusianya. Permainan bertenaga yang dinamis a la Hiddink hanya mampu diimbangi seadanya oleh barisan kreator besutan Van Basten. Kepiawaian Edwin Van der Sar tidak membuat mereka frustasi, dan akhirnya di babak kedua gol pertama pun tercipta melalui kaki Roman Pavlyuchenko, setelah duetnya dengan Andrei Arshavin terus menerus membuat bek-bek Belanda sakit perut karena takut kebobolan. Melalui serangan sporadis, Belanda mampu memperpanjang napas di penghujung waktu normal, setelah umpan tendangan bebas Wesley Sneijder mampu disundul Ruud van Nistelrooy, tapi hanya sampai di situ perjuangan mereka. Di babak perpanjangan waktu, melalui kaki Arshavin, tercipta 2 gol lagi, satu umpan ke kepala Dmitri Torbinsky, satu lagi dituntaskannya sendiri dari sebuah lemparan ke dalam kilat. Dan Van Basten hanya bisa terkulai saat kepalanya dielus Hiddink...
Sedangkan partai antara dua tim favorit penggemar, Italia dan Spanyol, berlangsung datar, cenderung membosankan; hal yang bisa terlihat dari hasil akhir berupa kemenangan yang ditentukan dari adu penalti. Kedua tim memainkan bola dengan terlalu hati-hati sehingga menjadi antiklimaks dari semua partai pada babak perempat final kali ini. Iker Casillas, yang bermain bagus di waktu normal, kembali menjadi pahlawan dengan memblok 2 tendangan penalti dari Daniele De Rossi dan Antonio Di Natale. Di semifinal sudah menanti tim yang mereka kalahkan di pertandingan pertama fase grup dengan 4-1.
USA mencari emas
1. Carmelo Anthony
2. Jason Kidd
3. Carlos Boozer
4. Chris Paul
5. Chris Bosh
6. Tayshaun Prince
7. Kobe Bryant
8. Michael Redd
9. Dwight Howard
10. Dwyane Wade
11. LeBron James
12. Deron Williams
Sekilas ngelihat timnya kelihatannya tim ini belum mencerminkan nomor satu di NBA karena ada beberapa nama pemain papan atas NBA yang tidak ada di roster seperti Tim Duncan, Tracy McGrady, Allen Iverson dan big threenya Celtics, Kevin Garnett, Ray Allen dan Paul Pierce.
Tim USA terakhir menang kejuaraan bola basket internasional di Olympiade Sydney 2000, setelah itu tim USA yang diperkuat para pemain NBA belum pernah memenangkan apapun baik di Olympiade maupun kejuaraan dunia FIBA.
Mampukah tim ini memenangkan gelar pertamanya sejak Olympiade 2000. Bila tak mampu, makin kuatlah argumen bahwa pusat kekuatan bola basket dunia sudah berpindah dari USA.
Monday, June 23, 2008
Ducati..Ferrari..Wushhhh!!!!!!!
Minggu sore menjelang malam, benar-benar dibuat bingung nih. Bingung mau nonton yang mana, F1, MotoGP atau Bulutangkis Indonesia Open yang finalnya berlangsung Minggu sore hingga malam.
Mending ngobrolin otomotif aja yuk...Tim Merah (Ducati dan Ferrari) berjaya nih di Donington dan Magny-Cours.
Balapan F1 di Magny-Cours memberi gambaran, bahwa Ferrari benar-benar superb sampai pertengahan musim F1 tahun ini. Pole position 1 (Kimmi) dan 2 (Massa) diraih dan berimbas pada akhir lomba kemarin. Akhir lomba dengan Pole Position memang terbalik, tetapi hasil kemarin benar-benar membuktikan Ferrari belum tergoyahkan. McLaren, BMW masih belum bisa menggoyahkan kekuatan Ferrari. Lihat saja statistik di Magny-Cours, Pole 1 dan 2, Fastest Lap oleh Kimmi, Finish juga 1 (Massa) dan 2 (Kimmi).
Memang kemarin race tidak begitu menarik bila melihat duo merah di depan, bergantian memimpin, tetapi setidaknya race Magny-Cours disuguhi pertarungan memperebutkan posisi 3 dan 4 antara Trulli dan Kovalainen, benar-benar pertarungan senior dan yunior yang sangat seru dan menegangkan (emang film horor...hehehe). Hasil akhir memang menandakan bahwa Trulli tidak bisa dikalahkan oleh yuniornya untuk di Magny-Cours, pengalaman benar-benar membuktikan hasil akhir tersebut.
Lalu kesialan Lewis Hamilton di race tersebut. Setelah melakukan kesalahan di GP Kanada dan mengakibatkan pole position yang diraih dikenakan penalti turun 10 Grid di Magny-Cours ini, kesialan juga terjadi di saat lomba. Hehehehe....minggu kemarin benar-benar sial buat Hamilton.
Ok, masih ada race selanjutnya di F1. Masih terbuka kesempatan untuk juara bagi 4 besar klasemen sementara. Mari menantap race selanjutnya di Silverstone, home of McLaren. Semoga GP Britain selanjutnya juga semenarik yang terjadi di Magny-Cours. Mari selanjutnya kita berpindah ke MotoGP.
Eits...sebelum ke MotoGP, review dulu buat 125cc dan 250cc. Di 125cc terjadi pemecahan rekor terjadi di Donigton kali ini, setelah seorang remaja dari dataran Inggris menjuarai 125cc, Scott Redding dengan Aprilianya berusia 15tahunan. Suatu pencapaian yang maksimal bagi seorang young rider di depan publiknya sendiri.
Di 250cc, kejar mengejar antara Bautista dan Simoncelli berakhir tragis bagi keduanya. Mika Kallio yang menempati grid ke-8, mencuri kemenangan di lap terakhir karena kesalahan Bautista dan Simoncelli yang tengah asyik berduel. Selamat buat Mika Kallio. Sayang Pradipta terpuruk di peringkat ke-19. Yah apa boleh buat, bukan kelas Yamaha sih di 250cc..he..he..
Ok, lanjut ke MotoGP. Stoner dengan Ducatinya benar-benar unstoppable di Donington. Tanda-tanda kembalinya Ducati sepertinya harus diwaspadai oleh Pedrosa dan Rossi. Rossi hanya berkutat dengan Pedrosa saja, sedangkan Stoner meninggalkan jauh dua pesaingnya itu. Sepertinya Rossi sudah cukup puas berada di depan Pedrosa, setidaknya masih unggul 11 poin di klasemen pembalap.
Yang patut diacungi jempol adalah rookie MotoGP tahun ini, Jorge Lorenzo. Dengan kondisi yang baru pulih dari cedera dan start dari grid ke-6, Lorenzo berhasil finis posisi ke-6 dengan melewati mantan juara MotoGP Nicky Hayden. Mungkin bila benar-benar sembuh dari cedera, Lorenzo juga merupakan ancaman bagi Rossi, Pedrosa maupun Stoner.
Hasil yang menggembirakan juga diraih oleh Collin Edward dari tim satelit Yamaha yang finis di posisi ke-4. Hasil yang bagus untuk seorang Collin Edward.
Ok, mari selanjutnya kita nantikan GP Belanda Assen untuk MotoGP dan GP Britain Silverstone untuk F1. Semoga akan lebih seru sebagai tontonan di akhir pekan.
Cheers...
Lagu Lama Hollanda
Seringkali saya mempertanyakan kewarasan saya sendiri kalau memikirkan betapa kuat ikatan emosi yang saya miliki dengan dua tim sepakbola dunia: Liverpool FC dan Belanda. Saya bukan penduduk pribumi Liverpool dan jelas bukan pula warga negara Belanda. Ketika saya lebih muda dulu, emosi saya mudah sekali dipengaruhi hasil pertandingan sepakbola tim-tim yang saya dukung. Saat menang, saya senang dan menyenangkan orang lain. Saat kalah, saya sedih dan bisa menjadi orang paling menyebalkan sedunia. Dan gilanya, saya perempuan. Perempuan harusnya sedih karena bertengkar dengan kekasih atau putus cinta. Well, itu juga bikin saya sedih dulu; tapi, sepakbola punya efek psikologis yang sama parahnya. Entah mengapa harus segitunya.
Dua puluh tahun yang lalu saya bersorak histeris bersama seluruh negeri Belanda, pendukung timnas Belanda di dunia, Rinus Michels, Marco Van Basten, Ruud Gullit, Hans Van Breukelen, Ronald Koeman, Frank Rijkaard, dan seluruh pemain Belanda saat mereka juara Piala Eropa. Lalu sepuluh tahun kemudian, airmata saya menjadi bagian sungai kesedihan di dataran rendah Hollanda saat Marc Overmaars menangis dan Belanda terhenti di semifinal Piala Dunia. Lantas sekarang apa?
Tidak ada airmata untuk Belanda minggu pagi kemarin. Entah mengapa, saya sudah jauh-jauh hari berpikir Belanda tidak akan berprestasi bagus di Euro 2008 ini. Dari sisi undian grup yang jauh dari menguntungkan saja sudah membuat saya tidak bernafsu berkhayal terlalu tinggi. Belum lagi secara teknis, tim Belanda tahun ini sebenarnya sangat rapuh secara defensif. Orang-orang yang tidak mengikuti bagaimana Belanda menjalani babak kualifikasi mungkin akan teperdaya begitu Belanda bisa memenangkan pertandingan melawan Italia dan Perancis. Tapi, tidak saya. Italia dan Perancis mengijinkan Belanda bermain sesuai keinginan mereka, mencoba melayani permainan mereka dan gagal. Romania bahkan membiarkan Belanda melakukan apa saja tanpa banyak usaha untuk mencegah Belanda memenangkan pertandingan. Tidak ada yang berusaha menihilkan permainan Belanda. Namun, saat peluit panjang di Berne, Swiss ditiup menandai kesempurnaan kiprah Belanda di fase grup, saya berpikir bahwa semua ini terlalu mudah.
Keesokan hari sesudahnya, saya mengikuti pertandingan Rusia melawan Swedia dengan ketertarikan yang besar. Sejak menonton pertandingan Rusia melawan Spanyol, saya berpendapat Rusia sebenarnya menampilkan permainan menyerang dan cepat yang atraktif - khas tim besutan Guus Hiddink. Hanya demam panggung saja yang membuat pertahanan mereka bobol terlalu gampang saat itu, dan tidak adanya satu nama yang saya tak kenali: Andrei Arshavin. Ya, saya memang meremehkan UEFA Cup dan tidak peduli dimenangkan oleh Zenith St Petersburg dengan membantai Bayern Munich 4-0 di semifinal dan Glasgow Rangers 2-0 di final. Akibatnya, saya tidak kenal siapa Arshavin.
Anyway, saya benar-benar tidak dikecewakan menonton partai Swedia vs Rusia. Rusia bermain rapi saat bertahan dan menyerang. Mereka tidak membiarkan pemain-pemain Swedia berkembang permainannya dan dengan efektif mampu meredam permainan Swedia yang konon secara teknis lebih diunggulkan dan secara fisik pun rata-rata lebih tinggi besar dibandingkan para pemain Rusia. Di samping itu, yang saya kagumi adalah determinasi mereka untuk bertarung dan merebut bola, lalu dengan cepat berbalik dari bertahan ke menyerang dengan serangan balik yang mematikan. Mereka memang berhak menang atas Swedia dan Arshavin memang sosok orkestrator serangan Rusia yang menjadi kartu As Hiddink.
Dan saya pun termangu. Ini bukan lawan yang semula saya harapkan di perempat final untuk tim Oranje saya. Guus Hiddink saja tanpa kualitas yang memadai tidak akan cukup untuk meredam Belanda. Namun, Guus Hiddink dengan sekumpulan pemain yang punya kualitas teknis yang cukup dan determinasi yang tinggi, sungguh bukan kombinasi yang akan menguntungkan Belanda. Dengan cemas, saya mengirimkan SMS dan YM sana-sini untuk mencari teman yang bisa meruntuhkan ketakutan saya soal Rusia. Kebanyakan orang tidak memandang Rusia sebagai lawan sebanding. Namun, otak dan hati saya seperti sepakat mengatakan bahwa Rusia bisa jadi David yang merobohkan Goliath Belanda.
Dan apa yang saya cemaskan terjadi di lapangan. Tim Oranje tidak mampu mengembangkan permainan mereka. Rusia dengan penuh percaya diri memainkan posession football dan tanpa ragu-ragu menekan Belanda saat kehilangan bola, bertarung dan berusaha memenangkannya kembali. Pertahanan Belanda pun ditelanjangi kerapuhannya. Hanya karena Edwin van der Saar sajalah Belanda masih bisa menyelamatkan muka di 90 menit waktu normal. Tapi, seorang Edwin van der Saar tidak mampu menyelamatkan Belanda sendirian tanpa dukungan yang cukup. Dan lagu lama Hollanda yang sudah saya dengar setiap dua tahun sekali kembali terngiang. Belanda tersisih lagi.
Minggu sore kemarin, saya menuju Stadion Lebakbulus untuk menonton teman-teman saya bertanding. Di perjalanan dengan taksi, Pak Supir mengajak saya ngobrol soal Piala Eropa di saat saya sungguh tidak ingin membicarakannya. Apa daya, karena Pak Supir sudah lanjut usia dan ramah, saya pun dengan malas bercampur tak tega menanggapi. Setelah beberapa lama, dia rupanya paham juga saya kurang berminat dan akhirnya menyetel radio. Bagus, mendingan dengerin radio, pikir saya. Namun, ternyata dengan lucunya stasiun radio yang dia pilih sedang membahas kekalahan Belanda dari Rusia. Sungguh menyebalkan.
Bunga tulip jingga saya sudah kering sekarang. Dan rupanya, saya memang masih harus menunggu lagi pesta kembang api ulangan tahun 1988. Ya sudah, tidak apa-apa. Saya sudah mulai terbiasa. Kini, saatnya kembali menikmati pesta sepakbola secara netral. Tapi, saya harap Rusia juara tahun ini. Saya sungguh berharap mereka yang memenangkan piala Henri Delaunay itu. Bukan karena pelatih mereka orang Belanda. Bukan karena saya suka tim-tim underdog. Bukan itu. Saya mau mereka juara karena alasan yang sederhana saja: Agar saya bisa bilang bahwa Belanda kalah di tangan tim yang akhirnya juara.
Jadi, ayo Rusia! Inggris, Yunani, Swedia, dan Belanda sudah kalian taklukkan. Tuntaskan hingga ke final!
Tetap: Oranje Boven!
Tinggal Empat Tim
Belanda dan Portugal yang sangat superior di babak penyisihan group, ternyata harus pulang lebih dulu di perempat final, bukan karena kalah keberuntungan atau tos-tosan namun karena dioutclassed oleh lawan-lawannya Russia dan Jerman.
Jerman yang diunggulkan di awal kejuaraan walaupun sempat dikagetkan oleh Kroasia sepertinya menunjukkan kelasnya sebagai tim papan atas. Cara Jerman menjungkalkan Portugal benar-benar berkelas, tidak ada ruang untuk berkreasi untuk para pemain Portugal. Kelihatannya Cristiano Ronaldo, salah satu calon pemain terbaik dunia tahun ini lebih tertarik di klub mana dia akan bermain musim depan ketimbang fokus untuk negaranya. Bastian Schweinsteiger bangkit setelah kartu merah yang diterimanya pada saat kalah dari Kroasia di babak penyisihan group, satu gol dan dua assist dicetaknya dalam perempat final lawan Portugal, menunjukkan bahwa Jerman mempunyai apa yang dibutuhkan untuk jadi juara di turnamen kali ini, skuad yang lengkap dari pertahanan yang konsisten, midfielder yang tangguh (Schweinsteiger dan Ballack), poacher yang handal (Podolski dan Klose), plus keberuntungan.
Russia membuktikan bahwa mereka dapat memainkan total football yang lebih baik ketimbang Belanda sang penemu aliran tersebut. Arshavin dan Hiddink lah otak total football ala Rusia yang membungkam Belanda 3-1. Kembalilah Belanda pulang kampung dengan tangan hampa sejak 1988.
Kroasia yang meyakinkan di babak penyisihan group, sempat sekejap seakan membooking satu tempat di semi final lawan Jerman, sebelum dikejutkan oleh gol di detik terakhir perpanjangan waktu oleh Semih Şentürk yang memaksa adu penalti dan akhirnya Turki yang lolos.
Yang terakhir Spanyol sukses memulangkan juara dunia 2006, Italia dan akhirnya sejak sekian lama menjadi salah satu kandidat juara Euro tahun ini. Spanyol setelah beberapa lama akhirnya memiliki materi yang lengkap dan matang untuk dapat menjadi juara di turnamen ini. Dua musim lalu di Jerman Torres dan Villa belum matang, kali ini di Austria-Swiss duet ini lah yang menebar ancaman bagi barisan belakang calon lawannya. Italy kehilangan keberuntungan di perempat final, dengan mengandalkan kekompakan dalam hal bertahan kali ini belum cukup untuk mampu menahan determinasi Spanyol dan akhirnya ditutup dengan keberuntungan lewat adu penalti.
Semi final tinggal beberapa hari lagi, dan turnamen ini menjanjikan akhir yang dapat dikenang oleh para pecinta bola.
Adiosss
Saturday, June 21, 2008
Jerman Usir Portugal, Turki Lebih Tangguh Dari Kroasia
Jerman kurang diunggulkan melawan Portugal, namun statusnya sebagai tim spesialis turnamen tetap mengerikan di mata lawan-lawannya. Kali ini, Portugal kena batunya. Jika melihat permainan tim Bavaria ini di babak penyisihan, memang kurang meyakinkan jika dibandingkan dengan tim Brasilnya Eropa ini. Tapi setelah meraih gol penting di partai lawan Austria, perubahan formasi serta penerapan taktik yang tepat menjadi kunci di partai hidup-mati ini. Sedangkan Portugal, yang bisa dibilang kurang mendapat lawan sepadan di fase grup, bermain tanpa mengubah apa-apa dari formasi dan taktik yang diterapkan pada 2 partai awal, padahal lawannya adalah juara Eropa 3 kali, yang juga mengalahkan mereka di perebutan juara ketiga pada pergelaran Piala Dunia terakhir. Formasi sukses Jerman itu antara lain dengan memasangkan duet penyerang Miroslav Klose-Lukas Podolski, berhubung Mario Gomez kurang dapat bekerja sama dengan Klose di fase grup. Di tengah, ketiadaan Torsten Frings diganti Simon Rolfes dengan baik. Meskipun tidak ada tendangan spekulasi khas Frings, namun lini tengah Portugal dibuat mati ide dalam membangun serangan. Sayap yang sebelumnya kurang agresif mendapat suntikan dengan bermainnya Bastian Schweinsteiger serta Thomas Hitzlsperger. Bek kanan Marcell Jansen yang juga kurang baik dalam membantu serangan merelakan tempatnya pada Arne Friedrich.
Mulai babak pertama, Jerman terus mendominasi pertandingan, dan menuai hasilnya melalui gebrakan di sayap kiri oleh Podolski yang dituntaskan Schweinsteiger. Berikutnya dalam sebuah tendangan bebas, Schweinsteiger kembali berperan setelah umpannya dengan cermat disundul Klose, gol pertama sang top skor Piala Dunia 2006. Kesialan Portugal bisa dikatakan bertambah karena Joao Moutinho harus ditandu dan diganti Raul Meireles. Di akhir babak, Portugal sedikit bernapas lega setelah tendangan Cristiano Ronaldo yang ditepis Jens Lehmann mampu dituntaskan sang kapten, Nuno Gomes. Babak kedua tidak jauh berbeda dengan yang pertama. Jerman menambah gol setelah Michael Ballack menyambut umpan dari tendangan bebas, sesuatu yang sebenarnya sudah disadari Luis Felipe Scolari sebagai kelemahan timnya. Namun gol ini sendiri menuai kontroversi, karena terlihat Ballack "sedikit" mendorong Paulo Ferreira saat akan melompat. Mencoba membalikkan keadaan, Scolari memasukkan Helder Postiga dan Nani menggantikan Nuno Gomes dan Armando Petit. Kedua pemain ini terbukti mampu menambah daya serang timnya sehingga menghasilkan gol kedua di lima menit terakhir. Sayangnya, gol ketiga yang ditunggu-tunggu tak hadir juga dan Jerman menunggu pemenang partai perempat final kedua.
From-Zero-To-Hero: BASTIAN SCHWEINSTEIGER. Pergerakannya benar-benar merepotkan pertahanan lawannya, sehingga tidak mampu lepas dari tekanan Jerman. Umpan-umpannya set-piece yang terukur dan naluri mencetak gol yang tinggi seakan menghapus dosanya saat bertindak konyol di partai melawan Kroasia, ketika ia mendapat kartu merah saat Jerman sedang berusaha mencari gol penyeimbang.
From-Hero-To-Zero: CRISTIANO RONALDO. Permainan yang menawan saat menghancurkan Cek tidak kelihatan sama sekali. Sikap egoisnya bahkan merusakkan permainan indah timnya. Hampir setiap bola yang sedang dikuasainya di dekat area penalti ditembakkan langsung ke arah gawang, lebih dari setengahnya tidak menemui target. Bahkan gol Nuno Gomes pun sebenarnya hasil dari tendangannya yang tidak mampu ditangkap Lehmann, padahal dia bisa mengumpan biasa untuk mengkreasikan gol.
Keesokan harinya dimainkan partai antara dua kuda hitam yang tak kalah menariknya. Namun karena terlalu berhati-hati, babak pertama berjalan lambat. Permainan baru "dimulai" di babak kedua, namun dengan kecenderungan bahwa kedua pelatih mengantisipasi pertandingan yang panjang, maka pergantian pemain dilakukan secara berhati-hati. Sial bagi Turki, dalam menghentikan serangan lawan, mereka banyak menerima kartu kuning, sehingga 3 pemainnya dipastikan mendapat skorsing 1 partai setelah pertandingan ini. Rustu Rechber memainkan peran yang vital saat ia mampu mementahkan tendangan bebas keras Darijo Srna dan peluang emas lainnya, antara lain dari Ivica Olic.
Drama sesungguhnya baru dimulai saat babak perpanjangan waktu. Dalam satu pergerakan menusuk sisi kiri pertahanan Turki, Luca Modric mampu memanfaatkan kesalahan Rustu dan umpan lambungnya tidak disia-siakan Ivan Klasnic, 1-0 untuk Kroasia di menit ke-119! Di saat genting ini, pelatih Slaven Bilic ingin membuang waktu dengan memasukkan pemain pengganti, namun tidak diperhatikan wasit. Bola offside Mladen Petric langsung ditendang Rustu jauh ke depan, dan dimanfaatkan dengan baik oleh penyerang pengganti Semih Senturk yang dengan tendangan spekulasinya mampu menyamakan kedudukan di saat wasit sudah akan meniup peluit tanda akhir pertandingan, 1-1 di menit ke-122!
Penalti pun dimainkan, dengan situasi yang memihak Turki akibat gol penyama kedudukan itu. Adu penalti pun menjadi ajang pertaruhan pelatih, dan pengalaman Fatih Terim mengalahkan Bilic. Pemain-pemain muda Kroasia yang ditugaskan untuk mengambil penalti terlihat tegang, sehingga dari 4 pemain hanya 1 yang berhasil. Turki pun mampu melangkah ke semifinal, pencapaian terbaik selama mereka mengikuti Piala Eropa.
Fakta menarik: OFFSIDE PERTAMA di pertandingan ini tercatat pada menit ke-62 oleh Ivica Olic, sesuatu yang tidak lazim melihat kecenderungan kedua tim yang silih berganti menyerang, walaupun kendali lebih ke Kroasia.
Thursday, June 19, 2008
Saatnya Mereka Berguguran...
Kalaupun bisa disebut kejutan (atau malah Kejutannya kejutan!) yaitu tersingkirnya juara bertahan Yunani secara tragis, tidak mampu mendapat poin dari tiga pertandingannya di grup tidak terlalu maut yang hanya melibatkan tim yang susah berprestasi di turnamen tapi tetap dianggap tim besar: Spanyol, tim yang selalu hebat di kualifikasi namun hanya bisa mengejutkan di turnamen sebenarnya: Swedia, serta tim yang tidak diharapkan karena telah menyingkirkan negara penemu sepakbola modern yang sekarang banyak diidolai: Rusia. Swedia kemudian menemani Yunani untuk pulang lebih awal.
Nah, lantas bagaimana dengan grup yang maut bang...ged? Gimana ga maut, ada tiga tim juara Eropa di sini (plus 4 gelar juara dunia, kalau itu masuk hitungan, but what the heck...) dan satu tim ngeyel pisan: Rumania, yang susah disuruh pulang. Buktinya, dua tim finalis piala dunia lalu (sekali lagi, sepertinya piala dunia tidak berarti apa-apa di sini) harus berebut tiket terakhir: Italia-Perancis, sambil mengemis pada tim lain: Belanda.
Lalu, dua tim tuan rumah yang harus rehat lebih awal karena ditaklukkan lawan yang lebih mumpuni. Swiss, di satu sisi, harus Portugal dan Turki -- yang akhirnya lolos -- serta Cek. Di sisi lain, Austria menghadapi Kroasia dan tim paling diunggulkan di turnamen ini: Jerman, serta tim yang juga akhirnya tidak lolos: Polandia.
Lalu bagaimana kans para kontestan di perempat final? Hari ini kita akan menyaksikan pertarungan terlalu dini antara Portugal dan Jerman. Portugal lolos dari grup A dengan dua kemenangan meyakinkan serta memberikan satu partai pada tuan rumah Swiss. Barisan pertahanan mereka kurang teruji, kontras dengan serangan maut barisan penyerangnya. Jerman sendiri kesulitan meramu serangan yang berujung pada sedikitnya gol pada fase grup. Kelemahan yang sangat tereksploitir saat melawan Kroasia akan coba diulangi oleh Portugal. Namun sebagai tim spesialis turnamen, Jerman tidak akan kalah begitu saja.
Perkiraan: JERMAN, perpanjangan waktu.
Turki akan mencoba melawan tim yang seimbang antara skill individu dengan kolektivitas, Kroasia. Pengalaman Kroasia dalam meredam keunggulan teknik pemain Jerman sangat berharga dalam menentukan langkah mereka selanjutnya. Partai yang seimbang, tidak mustahil diselesaikan dengan adu penalti.
Perkiraan: KROASIA, waktu normal.
Belanda kembali diuji efektivitas serangannya lewat pertarungannya dengan arsitek yang sudah sangat mengenal pemain-pemain lawan, Rusia dengan Guus Hiddink-nya. Keberanian Rusia untuk bermain terbuka dan mendominasi cukup efektif, walaupun sempat tumpul di hadapan Spanyol. Belanda sendiri cukup teruji pertahanannya dengan hanya kebobolan 1 gol, bahkan saat melawan tim sekelas Italia dan Perancis. Kelemahannya hanya pada mental yang sering cepat puas. Jika pemain senior di kubu Belanda mampu mempertahankan semangat juang tim, kemenangan bukan hal sulit.
Perkiraan: BELANDA, waktu normal.
Italia melawan Spanyol juga termasuk partai yang sangat disayangkan sudah harus terjadi seawal ini. Pertahanan Italia mulai membaik, walaupun masih kesulitan dalam mempertajam serangan. Spanyol sendiri dapat dikatakan mempunyai pasangan striker yang terbaik dalam beberapa tahun belakangan, namun sering kesulitan dalam mengkreasikan serangan dari tengah lapangan. Kedua tim dapat menampilkan pertandingan yang berbeda dari apa yang sudah mereka tunjukkan sebelumnya.
Perkiraan: SPANYOL, waktu normal.
Ada pendapat lain?
Wednesday, June 18, 2008
Sang Drakula Terbakar Hangus Api Jingga
*****
Saya tidak tahu banyak mengenai negara-negara Eropa Timur, kecuali mungkin Rusia karena saya mengagumi kesusasteraannya, terutama kedua pujangga besarnya: Leo Tolstoi dan Fyodor Dostoyevski. Di luar itu, lagi-lagi cuma olah raga, sepakbola khususnya, yang menyingkap sedikit tirai pengetahuan mengenai Eropa Timur macam Hongaria, Romania, Ceska, Slovakia, dan sekitarnya. Jadi, jika orang bertanya, "Apa yang kau tahu tentang Romania?" Jawaban saya mungkin: Georghe Hagi, Adrian Mutu, Cristian Chivu (yang ini favorit saya), dan Nadia Comăneci. Oke, tambahkan Drakula deh, Transilvania kan bagian dari Romania. Lain itu, soal seni budaya dan seterusnya pengetahuan saya nol, demikian pula minat untuk mengenal lebih jauh.
Kemarin siang, saya diajak menghadiri lunch meeting oleh salah satu bank rekan bisnis perusahaan tempat saya bekerja. Pikir saya, mbok kalau mau makan siang ya makan siang saja; mengapa harus pakai acara rapat sekaligus? Tapi, karena dijamu dan atasan sedikit memaksa saya ikut, ikutlah saya. Mereka bawa pasukan, kami bawa pasukan. Setelah berkenalan, makan siang sambil rapatnya pun dimulai. Di samping saya, duduk seorang mbak yang wajahnya seperti orang India. Pembicaraan berayun dari soal bisnis, teknologi, isu perumahan rakyat, dan akhirnya kena juga favorit saya: sepakbola. Ternyata si Mbak itu mengikuti juga Piala Eropa yang sedang berlangsung dan mendukung, coba tebak: Romania. Kenapa? Karena ibunya orang Romania (asli). Maaf, kalau saya sedikit norak, tapi rasanya lumayan luar biasa bisa punya kenalan seseorang yang berdarah Romania. Si Mbak pun kontan berkata, "Wah, berarti kita musuh," begitu mengetahui saya pegang Belanda. Namun, dasar pendukung Oranje angkuh, saya dengan kalem mengatakan bahwa Romania bukan musuh bagi Belanda (karena dianggap nggak selevel tentunya) dan bahwa bagi pendukung Belanda, musuh terbesar adalah Jerman.
Tengah malam tadi, sembari menanti siaran langsung pertandingan tak menentukan bagi Belanda melawan Romania, saya berpikir, betapa semua ini di luar dugaan saya dan banyak penggemar sepakbola lainnya. Semula saya kira Belanda akan dipaksa berjuang hingga tetes keringat dan detik terakhir untuk sekedar lolos ke perempat final. Pertandingan melawan Romania akan menjadi sangat menarik karena dua-duanya mungkin masih punya kesempatan lolos mendampingi favorit juara, entah Italia entah Perancis, yang diprediksikan lolos terlebih dulu.
Tapi, prakiraan dan analisa banyak orang ditunggang-balikkan dengan performa Belanda di dua pertandingan sebelumnya. Dan saya kira, Victor Piturcă pun salah perhitungan. Setelah berhasil mengambil 4 poin dari Belanda di kualifikasi Piala Eropa, mungkin ia berpikir kalau bisa menahan imbang Perancis dan Italia lantas menang lawan Belanda maka mereka punya kesempatan besar lolos ke babak berikutnya. Prakiraan tinggal prakiraan. Sekarang, mereka harus menang kalau mau pasti lolos ke perempat final. Jadi, harapan saya, pertandingan ini akan tetap menarik karena meskipun Belanda menurunkan lapis keduanya, Romania akan memaksa Belanda bermain bola sungguhan. Hasilnya mungkin sekedar seri, tapi paling tidak disuguhi permainan menarik dan Van Basten tidak (kelihatan) mengalah begitu saja agar Italia dan Perancis pulang kampung.
Ternyata, dugaan saya salah. Romania seperti vampir yang belum minum darah lagi. Mereka bermain tanpa semangat juang dan tidak menunjukkan mereka niat menang. Tadinya, saya berharap mereka telah belajar dari Turki yang pantang menyerah dan akhirnya bisa memulangkan Petr Cech dan kawan-kawan ke Praha sana. Namun, kenyataannya meskipun Belanda sudah kelihatan santai dan tidak ngoyo, Romania tidak cukup berusaha menekan Belanda. Memang dari mulanya, mereka lebih mengutamakan pertahanan (yang sebenarnya ironis karena pelatihnya juga mantan striker hebat). Tapi tentunya dengan perhitungan bahwa begitu ada kesempatan mencetak gol, ya dimanfaatkan dong sebaik-baiknya. Sekian tendangan berlalu dari Adrian Mutu, Marius Niculae, dan Cristian Chivu yang mengarah ke gawang Belanda, tak ada yang berhasil merobek jala di belakang Maarten Stekelenburg. Sementara di pertandingan yang lain, Italia sudah memimpin 1-0. Wah, di mana keganasan Drakulanya? Sementara itu, di pihak Belanda, Robin Van Persie, Arjen Robben, dan Klaas-Jan Huntelaar masing-masing berlatih menembak dan (seperti sengaja) gagal.
Saya mulai bosan di sepertiga babak pertama. Rasanya seperti berkencan dengan pria pendiam yang takut memulai ‘serangan’ setelah sebelumnya berkencan dengan dua pria lain yang bisa memacu adrenalin dan membuat tereksitasi. Babak kedua pun tak jauh berbeda. Malah akhirnya, Belanda yang ‘terpaksa’ mencetak gol karena dibiarkan bermain bebas tanpa perlawanan yang cukup berarti. Terus terang saya kecewa berat. Kalau tuan rumah Swiss saja masih mau berjuang biarpun sudah pasti tidak lolos, mengapa Romania yang harusnya lebih berpeluang maju ke perempat final justru lesu darah begini? Oke, jujur pula saya akui, saya berharap Perancis dan Italia (apalagi Italia!) tidak lolos seperti kebanyakan pendukung Oranje lainnya. Jadi, memang Romania bikin gemas dan gregetan dengan keloyoannya itu.
Ketika kemudian pertandingan mendekati akhir dan teks berjalan di layar membocorkan berita bahwa Italia telah menambah keunggulan atas Perancis menjadi 2-0, saya makin jemu melihat pasukan drakula tanpa taring itu. Apalagi lantas Robin Van Persie menambahkan lagi satu gol tiga menit menjelang peluit panjang. Habis sudah Romania dan seluruh Italia bersorak bahagia: FORZA ITALIA!
Ah, ternyata, akhirnya Sang Drakula hangus juga dimakan api Jingga.
Oranje Boven!